Teruntuk, temanku yang sedang bersiap untuk terbang tinggi ke udara melawan badai kehidupan.
Halo, kawan.
Kau mungkin tak akan pernah membaca tulisan ini.
Tapi biarkan ku berpuisi dan bersyukur dalam tulisan ini, ya?
Satu masa hampir berakhir, dan ku bersyukur kepada Tuhan bahwa pada akhirnya aku bisa mendapatkan seorang kawan.
Maksud ku, sungguh, ku bersyukur aku bisa berkenalan dengan mu, teman.
Awalnya kupikir aku akan sendirian selamanya, menjalani takdir pahitku yang tak dapat dihindari lagi.
Belajar sendiri. Bermain sendiri. Hidup sendiri. Melawan arus kehidupan sendiri.
Tapi, kawan. Terima kasih.
Sungguh, terima kasih! Aku serius.
Sesungguhnya ada dua orang kawanku lagi yangmana aku sama bersyukurnya kepada Tuhan Allahku karena mereka, tetapi untuk saat ini, hanya Tuhan yang tahu kepada siapa tulisan ini ditujukan.
Kau memulainya dengan rendah.
Sangat rendah.
Bahkan kau bukan siapa-siapa saat kuberjumpa denganmu.
Kau seperti seorang anak yang di dalam pikirannya hanya ingin bermain.
Dan mungkin sekarang masih seperti itu, ya?
Tapi entah itu benar atau tidak, kau telah berubah, kawan.
Dan sebuah perubahan ke arah yang sangat baik.
Sangat sombong bagiku jika kubilang perubahan itu terjadi karena tindakanku.
Sesungguhnya kaulah yang merubah dirimu sendiri sobat.
Dan kau berhasil.
Selamat!!
Maksudku, selamat!!!
Di saat ku menulis ini, ku berusaha menahan air mata yang jatuh karena aku bahagia atas apa yang terjadi, dan sedih akan apa yang akan datang.
Teman, apa yang kau alami hari ini hanyalah sebuah permulaan dari perjalanan beratmu.
Sebuah perjalanan berat, yang akan membentukmu lebih lagi menjadi pribadi yang hebat.
Dan kau tahu? Aku bersyukur kepada Tuhanku karena itu.
Karena Dia telah mempertemukanku denganmu.
Dulu, di tengah malam yang sepi, di saat aku sendiri, dan aku tak tahan lagi, aku meminta kepada Tuhanku sebuah hubungan yang tulus, penuh kasih, seperti Daud dan Yonatan.
Sebuah hubungan yang berkenan di mata Tuhan, yang tidak melenceng dari jalannya yang benar.
Sebuah teman yang sejati.
Dan aku mendapatkannya.
Atau tidak?
Masa hampir berakhir kawan.
Setelah waktu yang baru dimulai kembali, aku tidak dapat menjamin apa yang akan terjadi.
Bahkan aku tidak tahu kemana arahku berjalan.
Maksudku, dengan segala kesibukan dan tanggung jawabmu, muncul hal-hal besar lain yang menunggumu di depan sana.
Itu baik, dan aku turut senang.
Tapi itu tersedia untukmu saja, kawan.
Jika itu terjadi, pergilah, kawan.
Terbanglah dengan sekuat tenaga.
Capai tingkat tertinggi itu.
Aku tidak akan menghalangimu lagi.
Sebab tidak pernah aku menjadi gurumu, tetapi kita selalu ada di tingkat yang sama.
Karena kau adalah temanku.
Dan maksudku, aku tahu, bahwa saat itu terjadi, aku akan sendirian.
Dan kuberi tahu kepadamu, kawanku.
Di saat aku sendirian, itu sakit. Dan itu membunuhku.
Tapi itu tak apa.
Aku pernah sendirian.
Dan aku mampu lakukan lagi.
Tak ada yang tahu apa yang akan memulai waktu yang baru itu.
Entah kau tinggal atau pergi melayang jauh.
Tapi sesuatu di dalam benakku berkata bahwa kau akan jadi orang yang hebat.
Dan aku akan selalu mendukungmu, kau tahu?
Karena bagaimanapun juga, tanpa kau sadari, kau juga telah membantuku dengan luar biasa.
Menjadikanku manusia yang seutuhnya.
Kawanku..
Pada saat ini, aku tak meminta sama sekali belas kasihanmu.
Terlalu egois bagiku untuk memintamu tinggal.
Hanya satu pintaku saja, kawan.
Di atas nanti, saat kau telah berhasil menerjang badai kehidupan itu.
Di saat setelah jerih payah dan keringatmu telah terbayar lunas.
Jangan lupakan aku, kawan.
Jika Tuhan mengizinkan, aku akan sempat melihatmu di atas sana nanti.
Soaring dengan kekuatan panas bumi.
Dan aku akan menjadi orang yang paling bangga saat itu.
Dan sekali lagi, aku berterima kasih.
Untuk semuanya.
Sungguh, tidak ingin ku berjalan sendiri lagi.
Aku sudah muak sendirian.
Dan aku tidak mau melewati hal yang sama lagi.
Tapi jika kau memang harus pergi, kawan.
Maka pergilah.
Terbanglah.
Bebaslah.
Aku baik-baik saja.
Mungkin aku akan sendirian.
Sangat amat sendirian.
Mungkin pada akhirnya tubuhku akan penuh luka.
Dan aku mungkin tidak akan bertahan sampai akhir.
Tapi jika aku bertahan sampai akhir, temanku.
Ketahuilah bahwa aku pun telah terus mengasah kemampuanku.
Jika pada akhirnya akupun bertahan.
Dan Tuhan mempertemukanku denganmu lagi.
Let's go against all odds.
Dari temanmu, yang mengasihimu dengan luar biasa.
Putra Mahanaim Tampubolon.