Tuesday, May 24, 2016

Dear friend

Teruntuk, temanku yang sedang bersiap untuk terbang tinggi ke udara melawan badai kehidupan.

Halo, kawan.
Kau mungkin tak akan pernah membaca tulisan ini.
Tapi biarkan ku berpuisi dan bersyukur dalam tulisan ini, ya?
Satu masa hampir berakhir, dan ku bersyukur kepada Tuhan bahwa pada akhirnya aku bisa mendapatkan seorang kawan.
Maksud ku, sungguh, ku bersyukur aku bisa berkenalan dengan mu, teman.
Awalnya kupikir aku akan sendirian selamanya, menjalani takdir pahitku yang tak dapat dihindari lagi.
Belajar sendiri. Bermain sendiri. Hidup sendiri. Melawan arus kehidupan sendiri.
Tapi, kawan. Terima kasih.
Sungguh, terima kasih! Aku serius.
Sesungguhnya ada dua orang kawanku lagi yangmana aku sama bersyukurnya kepada Tuhan Allahku karena mereka, tetapi untuk saat ini, hanya Tuhan yang tahu kepada siapa tulisan ini ditujukan.
Kau memulainya dengan rendah.
Sangat rendah.
Bahkan kau bukan siapa-siapa saat kuberjumpa denganmu.
Kau seperti seorang anak yang di dalam pikirannya hanya ingin bermain.
Dan mungkin sekarang masih seperti itu, ya?
Tapi entah itu benar atau tidak, kau telah berubah, kawan.
Dan sebuah perubahan ke arah yang sangat baik.
Sangat sombong bagiku jika kubilang perubahan itu terjadi karena tindakanku.
Sesungguhnya kaulah yang merubah dirimu sendiri sobat.
Dan kau berhasil.
Selamat!!
Maksudku, selamat!!!
Di saat ku menulis ini, ku berusaha menahan air mata yang jatuh karena aku bahagia atas apa yang terjadi, dan sedih akan apa yang akan datang.
Teman, apa yang kau alami hari ini hanyalah sebuah permulaan dari perjalanan beratmu.
Sebuah perjalanan berat, yang akan membentukmu lebih lagi menjadi pribadi yang hebat.
Dan kau tahu? Aku bersyukur kepada Tuhanku karena itu.
Karena Dia telah mempertemukanku denganmu.
Dulu, di tengah malam yang sepi, di saat aku sendiri, dan aku tak tahan lagi, aku meminta kepada Tuhanku sebuah hubungan yang tulus, penuh kasih, seperti Daud dan Yonatan.
Sebuah hubungan yang berkenan di mata Tuhan, yang tidak melenceng dari jalannya yang benar.
Sebuah teman yang sejati.
Dan aku mendapatkannya.
Atau tidak?
Masa hampir berakhir kawan.
Setelah waktu yang baru dimulai kembali, aku tidak dapat menjamin apa yang akan terjadi.
Bahkan aku tidak tahu kemana arahku berjalan.
Maksudku, dengan segala kesibukan dan tanggung jawabmu, muncul hal-hal besar lain yang menunggumu di depan sana.
Itu baik, dan aku turut senang.
Tapi itu tersedia untukmu saja, kawan.
Jika itu terjadi, pergilah, kawan.
Terbanglah dengan sekuat tenaga.
Capai tingkat tertinggi itu.
Aku tidak akan menghalangimu lagi.
Sebab tidak pernah aku menjadi gurumu, tetapi kita selalu ada di tingkat yang sama.
Karena kau adalah temanku.
Dan maksudku, aku tahu, bahwa saat itu terjadi, aku akan sendirian.
Dan kuberi tahu kepadamu, kawanku.
Di saat aku sendirian, itu sakit. Dan itu membunuhku.
Tapi itu tak apa.
Aku pernah sendirian.
Dan aku mampu lakukan lagi.
Tak ada yang tahu apa yang akan memulai waktu yang baru itu.
Entah kau tinggal atau pergi melayang jauh.
Tapi sesuatu di dalam benakku berkata bahwa kau akan jadi orang yang hebat.
Dan aku akan selalu mendukungmu, kau tahu?
Karena bagaimanapun juga, tanpa kau sadari, kau juga telah membantuku dengan luar biasa.
Menjadikanku manusia yang seutuhnya.
Kawanku..
Pada saat ini, aku tak meminta sama sekali belas kasihanmu.
Terlalu egois bagiku untuk memintamu tinggal.
Hanya satu pintaku saja, kawan.
Di atas nanti, saat kau telah berhasil menerjang badai kehidupan itu.
Di saat setelah jerih payah dan keringatmu telah terbayar lunas.
Jangan lupakan aku, kawan.
Jika Tuhan mengizinkan, aku akan sempat melihatmu di atas sana nanti.
Soaring dengan kekuatan panas bumi.
Dan aku akan menjadi orang yang paling bangga saat itu.
Dan sekali lagi, aku berterima kasih.
Untuk semuanya.
Sungguh, tidak ingin ku berjalan sendiri lagi.
Aku sudah muak sendirian.
Dan aku tidak mau melewati hal yang sama lagi.
Tapi jika kau memang harus pergi, kawan.
Maka pergilah.
Terbanglah.
Bebaslah.
Aku baik-baik saja.
Mungkin aku akan sendirian.
Sangat amat sendirian.
Mungkin pada akhirnya tubuhku akan penuh luka.
Dan aku mungkin tidak akan bertahan sampai akhir.
Tapi jika aku bertahan sampai akhir, temanku.
Ketahuilah bahwa aku pun telah terus mengasah kemampuanku.
Jika pada akhirnya akupun bertahan.
Dan Tuhan mempertemukanku denganmu lagi.
Let's go against all odds.

Dari temanmu, yang mengasihimu dengan luar biasa.
Putra Mahanaim Tampubolon.

Monday, May 16, 2016

17/5/2016

Gue takut.

Yea, ada 365 kalimat "jangan takut" di alkitab yang harusnya gue pegang teguh, dan gue percaya itu, tapi saat ini gue gatau lagi, gabisa menahannya, dan gue harus bilang gue takut. Ah, Tuhan. Maafkan aku, orang yang kurang percaya ini.

Hal yang lebih menakutkannya lagi adalah, gue gak tau apa yang gue takutkan. Terlebih lagi, sesungguhnya gue udah tau solusi untuk semuanya, tetapi entah kenapa, gue masih takut.

Saat gue berpikir lagi saat ini, bahkan gue gabisa mencerna sebenernya gue takut sama apa, atau siapa. COret takut akan setan atau sejenisnya karena gue sungguh-sungguh gapeduli akan hal itu, dan kalopun ketemu satu, akan gue bakar dengan firman Tuhan hahaha. Lah, itu barusan bisa ngomong gitu, kok masih takut sih?

Entahlah, gue gak tau. Yea, mungkin gue kurang deket ke Tuhan, itu aja. Harusnya gue tau bahwa bersamaNya gue bisa melewati semua. Tapi menuangkan isi hati gak ada salahnya kan? Kepada siapa gue harus mencurahkan isi hati gue lagi, di saat yang lain sibuk sendiri, dan banyak alasan lainnya?

Jujur, saat gue mengetik ini, jantung gue berdebar amat keras, dan gue bisa merasakan adanya adrenaline rush, tanda gue beneran takut. Tapi takut akan apa???? Oke, ayo coba berpikir jernih..

Mungkin alasan terbesar gue takut adalah gue takut akan masa depan yang gak pasti? Aduh, gue jelas tau bahwa Tuhan memegang hidupku, lalu kenapa takut sih?

Ayo coba cari alasan lainnya, mungkin gue takut ditinggalkan semua orang dan jadi sendirian? Yea, ini mungkin terjadi, tapi kalopun terjadi, terus kenapa? lu udah pernah sebelumnya, dan lu selamat, you'll be ok, but it hurts. Yea, mungkin ini..

Ayo coba cari yang lain.. Mungkin lu takut nilai lu jetot? Sebenernya, setengah iya. Setengah lagi yang lain adalah gue gak peduli akan nilai lagi.

Mungkin lu takut sama waktu lu di masa depan? Ya, ini gabisa dipungkiri. Dan mungkin ini alasan kenapa gue agak gemeteran nulis ini. Gue diperhadapkan dalam suatu kondisi stagnansi, dimana kondisi ini gue sendiri yang memilih. Sebuah kondisi, dimana semuanya gak gue banget. Seakan gue dipaksa untuk berubah. Ya Tuhan, aku takut. Sementara di saat yang sama, orang-orang meroket melejit, kenapa gue memilih kegiatan-kegiatan ini yang membuat gue stagnan? Gue dilema, dan sesungguhnya gue bingung kenapa di awal gue memilih untuk setuju. Maksud gue, yaampun! gue butuh waktu! AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA

Jujur, sekarang gue stress dan tertekan. Secara harfiah, waktu gue itu udah terblokade untuk semua tugas dan tetek bengek yang harus gue kerjakan. Untuk apa sih? OH GOD I can't. Semua ini seakan-akan melawan diri gue yang paling sejatinya. Bagaikan gunung yang gak dapat bergerak melawan tenaga yang gak dapat dihentikan, gue takut pada akhirnya, diri gue ini hancur. Entah secara fisik, mental atau apapun itu.

Ditambah dengan kesepian dan kesendirian ini, juga semua tugas rumah, kebutuhan ekonomis, dan sebagainya. Tapi ayolah!!!!!!!! Andalkan Tuhan!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! maksud gue, ayolah, susah banget sih untuk percaya???? pada saat ini, ada perang antara jiwa dan raga ini.. Dan jujur, gue jadi stress, tertekan dan depresi karenanya.

Gue tau bahwa ada Tuhan, ada Yesus yang sanggup dan selalu menolongku. Tapi kenapa susah sekali untuk percaya? Gue pernah percaya sebelumnya, dan gue pernah merasakan mukjizat sebelumnya. lalu kenapa susah sekali untuk percaya kepada hal yang sama lagi? Ya Tuhan, ampuni aku. Pada saat ini, ku benar-benar butuh bantuan mu, Tuhan..

Tapi, coba pikir ini, tra. Calm the fuck down for a moment. ayo bahas pelan-pelan.

Lo takut sendirian? Gak akan dipungkiri, bahwa bahkan temen terdekat lu akan meninggalkan lu. Dan gue jujur, sudah mulai melihatnya. Terus apa? Lu gabisa membiarkan mereka tinggal. Dan yaudahlah, ayo, punya kasih untuk mengampuni. MASIH ada TUHAN. dan itu cukup. serius.

Lo takut gapunya waktu? Iya, gue tau pilihan ini gakbisa mundur. Dan sebagai konsekuensinya, lu akan kerja keras mati-matian untuk hal bodoh dan gak penting, semata-mata karena lu pengen bantuin orang di awal. karena lu gak bisa nolak. Tapi, yaudahlah. Yea, kerja keras dan capek itu gak bisa dihindari. Dan ya, mungkin lo akan capek sendiri. Lo bakalan selalu pulang malem sendiri. Mikirin itu aja udah cukup depressing. Tapi yaudahlah. Mau gimana lagi? Pada akhirnya, TUHAN doang yang akan selalu berjalan bersama lu, tra. maksud gue, coba pikir lagi. Lo PASTI capek, tapi kekuatan itu pasti ada. dan minta terus untuk diperbaharui. Ayolah, lo pasti bisa. Jangan depresi!!

Percaya aja. Percaya. Percaya!!!!!! Bahkan saat lu gatau lu harus percaya kepada apa, pegang teguh firmanNya, udah, itu aja, titik. jangan pikirin yang lain, jangan khawatir.

Lo takut tugas lo kebanyakan, lo takut gak kelar? Semua tugas-tugas itu, dan lu harus mengerjakannya sendirian? Yea, itu berat, tapi inget, TUHANKU terlebih besar. Ayolah, sadar, ayo sadar!! pada akhirnya, meskipun bahwa lo harus menghadapi semua tugas dan tanggung-jawab itu sendirian, apa salahnya? lo pernah melakukan yang lebih besar, dan sendirian pula. Inget, putra, bahwa lo punya TUHAN. Ada YESUS. ada ROH KUDUS yang akan selalu setia menuntunmu dengan kasih.

Ayolah, putra. Jangan takut. Percaya aja. Masih ada Tuhan. Lo bisa. Lo gak sendirian. Lo punya Tuhan. Jangan andalkan diri lu sendiri, apalagi orang lain. Andalkan Tuhan.

Meskipun pada akhirnya, lo akan selalu berjalan malam-malam melewati samping balairung sendirian, di kereta sendirian, di gojek sendirian, di mana-mana sendirian, yaudahlah! jangan ngeluh! fokus ke berkat-berkatnya aja gimana? ayo, pasti ada jeda dimana lu bisa mengembangkan kapasitas lu lebih lagi? atau waktu dimana lu bisa lebih dekat kepada Tuhan lagi? jangan nyerah, put. apalagi dengan hati lu. Jangan biarkan hati ini terpengaruh apalagi jadi berubah karena lingkungan sekitar. Tetaplah tulus, dan tetaplah mengasihi. Senantiasa mengajar dengan sukarela. Buat relasi yang tulus sebanyak mungkin. Bodo amat kalo pada akhirnya mereka pergi, semua orang selalu pergi, cuma Tuhan Yesus yang tetap tinggal. Tapi tetaplah jadi terang di tengah kegelapan, meskipun terang itu sekarat. Ayo, putra. Siapa lagi yang bisa jadi Putra kalau bukan Putra?

Lain kali, saat rasa depresi itu datang dan lu mulai capek, jangan pelarian ke game apalagi pornografi, inget! gak ada untungnya. Kembali ke kasih yang mula-mula. Kembali inget bahwa ada seorang pribadi yang udah rela mati bagi lu, untuk membayar semuanya buat hidup lu sekarang. Dan kembali ingat, bahwa itu semua cukup. Dan Ia masih mengasihimu. Dan Ia gamau ngeliat lu takut begini. Dan Ia selalu memberikan kelegaan. Dan Ia selalu setia menolong.

Ayo Putra.

Mengutarakan pikiran kaya begini itu gak salah.

Yang salah adalah kalo respon lu tidak sejalan dengan hal2 yang udah tau harus lu perbuat.

Itu yang selalu lu bilang ke orang-orang kan?

Ayo, tra. Ayo tetap berjalan.

Pada akhirnya, saat lu ga mampu lagi untuk berjalan, saat bahkan lu ga mampu untuk menapakkan kaki yang satu di depan kaki yang lain, ada Tuhan. ada Tuhan yang akan dengan sigap menggendongmu dan membawamu berjalan, sebagaimana Ia telah dan selalu menemani berjalan sampai sejauh itu. Ia mengasihimu, Putra, jangan lupain itu. Lu mungkin lemah, tapi dia amat kuat. Karena firman Tuhan hidup dan kuat. Inget itu. Lu gak akan pernah ditinggalkannya sendirian. Ayolah, jangan tawar hati!! Ada Tuhan!!!!!!!!!! Daripada lu khawatir, bagaimana kalo mendekat ke Tuhan aja?

Tetap semangat ya,

Bukan karena lu harus semangat, atau apa, apalagi kalo harus semangat karena orang lain..

Tetaplah semangat, tra

Karena Tuhan belum menyerah sama kamu,

Jadi jangan menyerah, ya!

Di saat tiada jalan, tetep percaya bahwa Tuhan akan buka jalan. Di saat pintu-pintu tertutup, percayalah akan ada pintu yang dibukakanNya. Karena janji Tuhan iya dan amin. Udah, itu cukup. Jangan pikirin pendapat orang lain. Bodo amat lah sama penghargaan, apalagi jabatan. lo gak butuh semua itu putra. di dalam hati lu, lu tau bahwa yang lu inginkan adalah menyenangkan hati Tuhan, ya kan? Maka dari itu carilah dahulu kerajaanNya dan segala isinya. Udah, itu aja. Jangan yang lain-lain.

Dan aku percaya, yang pada akhirnya mengubah alur tulisan ini jadi begitu, bukan aku, tapi engkau, Tuhan.

Makasih ya Tuhan, untuk semuanya.

Aku gak akan menyerah, Tuhan.

KarenaMu, Yesusku.

Terima kasih.